Cerita Ngaco di Padang Pasir

Suatu hari, 3 orang anak SMAK 1 mendapat kesempatan pergi ke Iran dalam rangka study tour untuk mempelajari “Cara Mematikan Demokrasi Secara Efektif”. Anton, Astrid, Melia, itulah nama ketiga murid tersebut.

Di tengah penerbangan mereka ke sana yang santai dan normal, tiba-tiba pesawat mereka dibajak teroris. Setelah satu-dua jam pesawat dibawah kendali teroris, entah kenapa 3 murid tersebut diterjunkan dengan parasut ke luar pesawat. Mungkin karena muka mereka kurang bonafit untuk dijadikan sandera, atau terlalu merepotkan untuk diurus (namanya juga anak SMAK 1, kebutuhannya high-class), tapi yang paling mungkin adalah karena Astrid kurang hemat berkata-kata (baca: cerewet).

Mereka kemudian mendarat dengan selamat, meskipun belum pernah diajari pake parasut, di padang pasir yang banyak pasirnya dan “ceritanya”  sangat sulit ditemukan air. Mereka tetap bersama dan saling membantu, serta saling berbagi ransum yang semakin lama semakin sedikit.

Cerita punya cerita, setelah jalan-jalan di padang pasir semalam dua malam, Anton tersandung lampu tipe zaman Alladin gituh. Dan dengan kecerdasannya yang didapat dari sekolah mahal bernama SMAK 1, dia memutuskan dengan berani untuk menggosok lampu itu dengan harapan jin akan keluar dari lampu itu. Ternyata dia benar! Keluarlah asap tebal berbau seperti asap rokok dan meluncurlah keluar jin botak bernama Jibo! Ketiga murid tersebut pun terkejut!

Buuuaaashhh!!! Sambil mengeluarkan asap Djarum Super dari mulutnya, Jibo berkata,” Huahaha!!! Seperti cerita Alladin, kamu telah membangunkan saya dan kamu boleh meminta 3 permintaan!” Kemudian ia menghisap panjang lagi Djarum favorit di tangannya dengan senangnya.

Anton berpikir sebentar, menghitung 3 permintaan dengan jari-jarinya, lalu menghitung jumlah orang di situ, kemudian melakukan kalkulasi tingkat anak SMAK 1, kemudian menyimpulkan,”Berarti satu orang mendapat satu permintaan!” Kedua temannya pun setuju akan kesimpulannya itu.

Lalu, Astrid bergegas memberikan permintaan pertama setelah memenangkan perdebatan mengenai siapa yang harus meminta duluan.

Astrid: “Aku mau pergi ke Paris! Pusat mode! Chanel, Louis Vuitton, Givenchy, Balenciaga, Dior, Gucci, Marni, Hermes, Rodarte, Lanvin! Oh, I’m soooo buying Balenciaga Leather Jacket! Viva couture! I want to go! Take me there! Take me there! Take me to Paris!!! Please, please, please, lease, pleeeaaaaseee!!!”

Jibo: “Your wish is my command, Madam!”

Bruuuaaassshhh!!! Dan hilanglah Astrid dalam asap tebal Bentoel Biru.

Kemudian Melia mendapat giliran kedua setelah berhasil mengalahkan Anton dalam pertarungan suit.

Melia: “Saya mau pulang ke Jakarta. Soalnya takut kebanyakan ketinggalan banyak pelajaran dan klien-klien MLM saya. Tolong bawa saya ke Jakarta!”

Jibo: “Beres!”

Bruuuuussshhh!!! Kemudian hilanglah Melia dalam kabut asap Sampoerna.

Anton yang melihat keinginan teman-temannya itu telah dipenuhi menjadi murung dan sedih. Tidak ada lagi yang menemaninya di wilayah antah berantah itu.

Anton: “Jin, aku merasa sangat kesepian. Teman-temanku yang selama tersesat di gurun pasir ini selalu bersamaku, menemaniku, rela membagi makanan dan minuman bersamaku…kami begitu akrab di gurun pasir ini. Sekarang mereka telah pergi meninggalkanku… hiks! Jin, bawalah mereka kembali ke sini untuk menemaniku! Aku mohon! Aku hanya ingin bersama mereka!”

Jibo: “Aku rasa permintanmu itu aneh. Tetapi permintaan adalah permintaan! Jadilah sesuai keinginanmu!”

Bruuuuaaaasssshhh!!! Asap Dji Sam Soe mengepul, menutupi pandangan! Dan Jibo pun menghilang karena ketiga permintaan telah terpenuhi.

Di sana hanya tertinggal seorang siswi berbaju glamour dengan sepatu stilleto biru yang terheran-heran, seorang siswi lain dengan buku pelajaran di tangannya yang terkejut , dan seorang siswa cerdas yang merasa bahagia karena teman-temannya ada di sisinya.

Lagipula, apa lagi yang kita butuhkan di dunia ini selain teman-teman kita?!

Nilai moral dari cerita: jangan tinggalkan Anton sendirian di padang pasir dengan jin yang bisa mengabulkan apapun permintaanya.